Translate

Selasa, 15 September 2015

Simply Inspire Me: "Don't Judge Someone From The Outside. Lihatlah Dan Cermati Lebih Dalam

Bismillahirrahmanirrahim..


Sahabatku, kali ini saya membuat sebuah tulisan yang sederhana namun inshaa Allah penuh makna. Cerita ini saya ambil dari seorang sahabat saya yang bernama *Bulan Syurga Pertama* atau kita sebut saja Marwan :D

Ada kisah unik yang saya telisik dari kehidupan nya, yang saya sendiri heran dan merasa beruntung berteman dengan nya. Di tengah problematika keadaan perekonomian yang melanda Indonesia, peran figur ayah yang menjadi penopang kehidupan keluarga terkadang membatasi diri untuk mendidik anak-anak nya, dikarenakan kelelahan atau persepsi bahwa ayah hanya mencari nafkah, dan ibu yang mendidik anak nya.

Tapi ini lain cerita, aku berteman dengan seorang masih Single, tapi mempunyai ketertarikan pada dunia anak-anak. Whaaaat? What To The Whaaat? Yaaaps! Dunia anak-anak. Jarang sekali kan kita lihat apa anak muda pria yang punya ketertarikan pada dunia anak-anak? Padahal di umurnya yang masih muda, dengan rentetan pergaulan ala zaman modern kok ada yang mau jadi pemerhati anak-anak?

Lihatlah dan cermati ada banyak anak muda di muka bumi ini yang menghabiskan waktu  untuk bermain yang sia-sia, memikirkan hal yang tidak bermanfaat, terlalu memfokuskan diri dengan aktivitas pacaran yang tidak ada manfaatnya, atau mengikuti suatu komunitas yang hanya menghamburkan waktu dan tenaga.

Introduce Marwan

Yaa, namanya Marwan seorang pemuda yang belia yang mengabdikan diri di beberapa sekolah untuk mengajarkan dan mendidik anak-anak menuju perubahan yang lebih baik. Mengajarkan kedisiplinan dan berbagai ilmu pramuka yanng bermanfaat. Baginya melihat senyum anak-anak dan melihat mereka tertawa adalah kebahagiaan tersendiri baginya. Melihat mereka meraih prestasi dalam beberapa bidang merupakan kebanggaan yang tak bisa di lukiskan dengan kata-kata.


Panggilan Jiwa..

Aku mencoba menelaah lebih jauh mengapa seorang pria muda tertarik pada dunia anak-anak. Dan jawaban nya adalah  Panggilan Jiwa.. Yaa ini jawaban nya sekali lagi Panggilan Jiwa..
Panggilan jiwa adalah sesuatu yang dirasakan di dalam hati dan benak manusia, yang dilaksanakan dengan ikhlas dan tanpa pamrih karena merupakan bentuk dari aktualisasi diri dan batin.. 

Kalau ditelisik lebih jauh, anak didik dari Marwan ini seperti nya senang akan kehadiran nya. Anak-anak itu bagai kertas putih yang polos, yang tahu bagaimana yang tulus dan yanng berpura-pura. Sudah dapat dipastikan kalaulah Marwan mengajar anak-anak dari ketulusan yang mmerupakan panggilan jiwanya.

Ternyata Rasulullah pun mengajarkan dan agar pria ikut terjun langsung loh dalam urusan pendidikan anak-anak

Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
إِنِّى لَأَدْخُلُ فِى الصَّلاَةِ وَأَنَا أُرِيْدُ إِطَالَتَهَا ، فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِىِّ ، فَأَتَجَوَّزُ فِى صَلاَتِى مِمَّا أَعْلَمُ مِنْ شِدَّةِ وَجْدِ أُمِّهِ مِنْ بُكَائِهِ
"Sungguh ketika aku telah mulai melaksanakan shalat, sedangkan aku ingin memanjangkannya. Namun aku kemudian mendengar tangisan anak kecil, maka saya pun mempercepat shalat karena saya tahu perasaan sedih ibunya disebabkan tangisan itu.
Dalam Islam, peran mendidik anak bukan lah mutlak kewajiban seorang ibu, tetapi justeru dalam al-Qur’an banyak kisah-kisah yang menceritakan besarnya peran ayah dalam pendidikan anak. Salah satu contoh yang paling jelas adalah kisah Luqman yang sedang memberikan nasihat kepada anak-anaknya di surat Luqman (surat 31 ayat 13 dan seterusnya..).
Begitu juga kita bisa melihat sejarah nabi-nabi dan Rosul yang kental dengan kuatnya peran ayah dalam pendidikan mereka, seperti kisah nabi Sulaiman yang dididik oleh ayahnya, nabi Daud, khusus untuk menggantikan posisinya sebagai raja, atau Nabi Yusuf yang mendapatkan curahan kasih sayang dari Nabi Ya’kub sehingga sampai membuat iri saudara-saudaranya yang lain. Juga Rosulullah sendiri, yang meskipun ditinggal oleh ayahnya sejak dalam kandungan, tapi peran sang ayah ini tergantikan oleh kakek dan pamannya yang mengasuhnya di waktu beliau kecil dan sedikit banyak menyuburkan sifat-sifat kepemimpinan dan bakat dagang beliau setelah dewasa.
Tentu saja semua hal ini tidak terlepas dari tarbiyah Robbaniyyah (pendidikan langsung dari Allah) mengingat tugas-tugas mereka sebagai Nabi dan Rosul, namun dari kisah-kisah Nabi dan Rosul tersebut terlihat jelas peranan ayah dalam pendidikan putera-puteranya.
Di kalangan tokoh gerakan Islam, terdapat sosok Hasan Al-Banna yang menceritakan peran ayahnya dalam mendorong pengembangan potensi beliau (diantara pengaruh guru-gurunya yang lain) sehingga beliau bisa mendirikan gerakan Islam terbesar di abad ini. Seorang tokoh pergerakan Islam Indonesia, Buya Hamka, bahkan memiliki kenangan tersendiri tentang ayahnya, yang sekaligus juga gurunya, sampai-sampai beliau menuliskan buku khusus, yang berjudul : “ Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H. Abd. Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera”.
Uniknya, dari semua kisah-kisah dalam Al-Qur’an, tidak ada satu pun yang khusus menyebutkan pengaruh peran ibu dalam kehidupannya secara detil melalui dialog-dialog antara ayah dan anak seperti pada kisah-kisah di atas, hatta pada nabi yang sejak kecil hanya di asuh oleh ibunya, seperti Nabi Isa dan Nabi Ismail. Begitu juga catatan tokoh-tokoh Islam terkemuka di atas, tidak terungkap peran ibu dalam mempengaruhi kepribadian mereka. Setahu penulis hanya hadis-hadist Rosulullah saja yang menegaskan pentingnya peran wanita dalam pendidikan anak-anaknya.
Hal ini dapat menunjukkan besarnya pengaruh peran ayah dalam perkembangan anak, bisa juga untuk menunjukkan bahwa dalam Islam, tidak ada batasan yang tegas antara peran ibu dan peran ayah dalam pendidikan anak, wallahu a’lam.Hal ini menarik untuk di kaji dan di teliti oleh para ahli agama dan psikologi abad ini.
Dalam penelitian-penelitian terakhir, membuktikan pentingnya peran ayah dalam pendidikan anak-anaknya. John Gottman dan Joan De Claire dalam buku “Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional” mengungkapkan beberapa hasil penelitian tentang pentingnya peran ayah dalam pendidikan anak-anaknya, khususnya dalam perkembangan emosional sang anak.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa keterlibatan ayah dalam kehidupan perkembangan anak laki-laki menghasilkan kesuksesan dalam persahabatan dan prestasi akademis anak, sedangkan bagi anak perempuan, membuat anak cenderung tidak longgar dalam aktivitas seksual dan lebih bisa membangun hubungan yang sehat ketika dewasa.
Perbedaan cara pengasuhan ayah dan ibu saat kecil juga menimbulkan efek yang berbeda pada anak-anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Anak di usia lima bulan yang mengalami hubungan positif dengan ayah, membuat ia lebih nyaman dan lebih sedikit menangis ketika berada di antara orang dewasa yang asing baginya, dibanding anak yang tidak memiliki hubungan positif dengan sang ayah.
Dalam buku itu juga disebutkan, gaya pengasuhan ayah yang cenderung lebih pada permainan fisik seperti mengayun-ayun, mengangkat dan menggelitik menghasilkan roller coaster emosi yang menolong anak mempelajari emosi-emosi takut dan senang serta memperhatikan reaksi sang ayah ketika ia mengungkapkan perasaannya melalui jeritan dan tawanya. Anak juga belajar bagaimana menenangkan kembali emosinya di saat permainan tersebut selesai. Selain itu juga terungkap, anak-anak yang memiliki hubungan positif dan menyenangkan dengan sang ayah cenderung lebih populer dibandingkan anak-anak yang tidak memiliki hubungan tersebut.
Dari sumber-sumber di atas jelaslah pentingnya peran ayah dalam pendidikan anak. Sayangnya, saat ini, hanya sedikit para ayah yang mau dan bersedia menyediakan waktunya khusus untuk pendidikan anak, terutama bagi para mahasiswa dan pekerja yang tinggal di Jepang, mungkin bisa dihitung berapa banyak waktu yang tersisa untuk pendidikan anak-anaknya. Kebanyakan peran tersebut berada di tangan para ibu yang punya lebih banyak waktu untuk berada di rumah dibandingkan dengan sang ayah.

Lihatlah dan Cermati Lebih Dalam
Kesimpulan dari cerita Marwan tadi adalah, Bagaimana sosok pria mempunyai peran penting dalam dunia pendidikan anak-anak. Meskipun dengan kondisi yang masih muda dan dengan segala keterbatasan. Setiap manusa diberikan kreatifitas dengan panggilan jiwanya masing-masing, dari contoh Marwan yang bertahun-tahun mendidik anak-anak walaupun dengan keterbatasan nya. Dengan kunci utama ikhlas dan sabar gunakan ilmu yang kalian punya menjadi bermanfaat bagi semuanya.
Tak peduli berapa usia kita, berapa ilmu yang kita punya, Ataukah kita sudah menikah atau belum. Bukankah mengamalkan ilmu adalah kewajiban? Bukankah menyayangi anak-anak merupakan kewajiban setiap umat manusia?
Semoga kita semua dapat mengambil Ibroh dari cerita singkat ini. :)

#WonderrfulPray #ThanksMarwan

1 komentar: